Bekasi, AdaNews,- Hari ke-3 di bulan Ramadhan kali ini, saya memutuskan untuk berburu jajanan khas yang menyegarkan untuk berbuka puasa. Pilihan saya jatuh pada asinan Betawi, kuliner legendaris yang sarat akan cita rasa dan sejarah. Setelah beberapa kali mencoba di berbagai lokasi, akhirnya saya menemukan penjual yang menurut saya menyajikan rasa yang paling autentik dan menggugah selera.
Gerobak khas asinan Betawi ini terlihat unik, dikelilingi kaca bening yang memperlihatkan toples-toples berisi aneka sayuran segar. Ada kol, sawi asin, tauge, dan selada yang tertata rapi, menunggu disiram kuah kacang yang kental dan menggoda. Aroma khas cuka dan kacang panggang langsung menguar, membangkitkan selera.
Istilah “asin” pada asinan Betawi merujuk pada proses pengolahan sayuran dalam larutan air, garam, dan cuka. Teknik ini ternyata merupakan warisan kuliner Tionghoa yang kemudian berakulturasi dengan budaya Betawi. Hasilnya adalah hidangan yang memadukan rasa asin, asam, dan manis dalam harmoni sempurna.
Asinan Betawi bukan sekadar makanan, melainkan cerminan keberagaman budaya yang membentuk Jakarta. Sebuah kuliner yang sederhana namun sarat makna, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tradisi di tengah modernitas.
Bagi yang belum pernah mencoba, Ramadhan ini bisa menjadi waktu yang pas untuk menjelajahi cita rasa lokal yang legendaris ini. Siapa tahu, mungkin Anda juga akan menemukan gerobak asinan favorit seperti saya.